Nama
: Fiqiyah Nurhasanah
Kelas : 1-B
NIM : 1145030060
|
Introduction to Literary Analysis Staging, Theme, and
Context
Sang Kuriang by Utuy Tatang Sotani
Pertemuan ke-13
A.
Staging
Staging
adalah pemanggungan/pementasan/pertunjukan suatu drama di atas pentas di dukung
oleh berbagai komponen yang melengkapi pementasan/pemanggungan terutama
bahasa/alat komunikasi yang paling dominan.
Pementasan
ini juga digunakan untuk mengartikan hasil dari proses ini, dengan kata lain
tontonan memainkan penyajian kinerja, detil visual. Hal ini bisa mencakup
seperti posisi aktor diatas panggung (sering disebut blocking), gerak tubuh dan
gerakan (juga disebut tahap bisnis) mereka, latar belakang pemandangan, alat peraga
dan
kostum, pencahayaan dan efek suara. Hal pertama yang diperhatikan para penonton adalah penataan panggung, benda-benda fisik yang muncul pada saat pementasan.
kostum, pencahayaan dan efek suara. Hal pertama yang diperhatikan para penonton adalah penataan panggung, benda-benda fisik yang muncul pada saat pementasan.
Staging
sendiri terdiri dari beberapa unsur yaitu,
1. Naskah
Naskah drama adalah suatu karangan yang berisi cerita
atau lakon. Dalam naskah tersebut termuat tokoh-tokoh, dialog, dan keadaan
panggung yang harus dipersiapkan oleh dramawan. Fungsi dari naskah itu sendiri
adalah sudah tentu untuk menyampaikan cerita drama itu sendiri.
2. Pemeran
Pemeran adalah orang yang meragakan cerita tersebut.
Pemeran itu tidak ditentukan tetapi tergantung pada tokoh yang berada pada
naskah drama.Tokoh yang harus diperankan di dalam cerita Sang Kuriang adalah
Sangkuriang, Dayang Sumbi, Tumang, Prabu Gusti, Ibu Prabu Gusti, Bujang, Arda
Lepa, dan Siluman.
3. Skenario
Secara garis besar, skenario adalah urutan cerita agar suatu
peristiwa sesuai dengan yang diinginkan oleh si penulis. Namun dalam pengertian
khususnya, skenario adalahnaskah yang digunakan oleh para pemain untuk
memainkan pemeranan dalam drama yang akan dipentaskan. Juga disertai lengkap
dengan sisi tekhnikal tata kamera dan sebagainya.
4. Properti
Properti merupakan sebuah perlengkapan yang diperlukan
dalam sebuah pementasan teater. Contohnya kursi, meja, dan sebagainya. Properti
yang digunakan pada drama Sang Kuriang adalah, pohon buatan, kayu, perahu, dan
sebagainya.
5. Kostum
Kostum sebuah unsur yang sangat berpengaruh dalam
pementasan, karena dengan kostum kita bisa melihat pemain itu memerankan
sebagai siapa. Kostum yang digunakan di dalam drama ini adalah kebaya, pangsi,
kostum anjing, dan sebagainya.
6. Tata Rias
Agar penampilan terlihat sempurna kita harus menambahkan
tata rias yang bagus, dengan tata rias yang sempurna watak dari tokoh yang akan
ditampilkan akan bisa lebih terlihat lagi.
7. Tata Suara
Tata suara bukan hanya pengatur pengeras suara (sound system), melaikan juga musik
pengiring. Musik pengiring dibutuhkan agar suasana yang digambarkan terasa
lebih meyakinkan bagi para penonton. Seorang penata musik harus memainkan soundtrack/backsound atau musik
pengiring yang pas sesuai dengan suasana cerita. Musik yang ada dalam drama
Sang Kuriang adalah musik tradisional dan musik yang menegangkan.
8. Gerak Tubuh dan Gerakan
Gerak tubuh dan gerakan adalah suatu unsur yang penting,
karena ketika gerakan tubuh itu pas dengan apa yang ada pada skenario maka itu
bisa menyukseskan pementasan. Dan pada gerak tubuh juga penonton bisa lebih
mudah untuk memahami amanat yang akan disampaikan oleh penulis.
9. Pencahayaan
Pencahayaan dalam drama biasanya untuk menunjukan siapa
yang sedang berbicara ataupun sedang berperan dalam pementasan.
10. Penataan Panggung
Panggung adalah tempat para pemain akan tampil. Sebagai area pertunjukan, biasanya panggung
dibuat sedikit lebih tinggi dibandingkan lantai. Sering juga lebih tinggi dari
tempat duduk penonton karena agar yang jauh bisa tetap melihat pertunjukan
tersebut dengan jelas.
Kemudian tata panggung adalah penataan keadaan panggung
yang dibutuhkan untuk pemain itu sendiri. Petugas penata panggung itu sendiri
biasa disebut penata panggung. Penata panggung itu sendiri biasanya terdiri dari
beberapa orang atau tim karena dimaksudkan agar bisa lebih cepat ketika tata
panggungnya harus diubah.
11. Penonton
Penonton suatu unsur penting dalam pementasan.
Sempurnanya persiapan untuk dipentaskan tetapi tidak ada penonton rasanya
kurang lengkap, jadi semua unsur-unsur yang harus dipersiapkan di atas adalah
untuk penonton.
B. Theme
Menurut Nursisto (104: 2000) tema adalah pokok
pembicaraan yang
mendasari cerita. Tema adalah gagasan, ide pokok, atau pokok persoalan yang
menjadi dasar cerita. Setiap cerita rekaan mempunyai tema. Tema ini pada umumnya
disampaikan secara berangsur-angsur tersembunyi, tidak berterus terang,
biasanya disampaikan secara samar-samar mendasari keseluruhan cerita.
Mengacu pada dua keterangan diatas dapat dipahami
bahwa tema adalah sesuatu yang sangat mendasari sebuah tulisan. Tema menjadi penentu
jalur dari sebuah tulisan, meski diatas dikatakan cerita, namun sebenrnya pengertian
tersebut sama saja dengan tema pada esai. Esai tidak dapat dilihat atau didefinisikan
dalam satu kata saja, namun harus jelas acuan kata tersebut. Maka, tema harus mengandung
keseluruhan isi yang
disampaikan secara singkat. Jadi, tema dapat disampaikan dalam suatu kalimat.
Dalam paparannya diatas, menjelaskan bahwa
tema disampaikan secara berangsur-angsur. Oleh karena itu, dalam membuat sebuah
tema kita harus memahami terlebih dahulu keseluruhan isi tulisan tersebut.
Dalam cerita Sang Kuriang ini bertemakan seorang anak yang durhaka karena
ingin menikahi ibu kandungnya sendiri.
C. Context
Konteks bukan
sesuatu yang berada dalam tulisan, konteks terkait segala sesuatu yang berada disekitar
teks. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan bahwa konteks adalah bagian
suatu uraian atau kalimat yang dapat mendukung atau menambah kejelasan makna ataupun
situasi yang ada hubungannya dengan suatu kejadian.
Dalam hal ini Klarer menjelaskan (94:2004) “The
term context-oriented approaches refers here to a heterogeneous
group of schools and methodologies which do not regard literary texts as
self-contained, independent works of art buttry to place them within a larger
context. Depending on the movement, this context can be history, social and
political background, literary genre, nationality, or gender.”
Dapat disimpulkan dalam pengertian diatas
bahwa konteks sangat penting dalam menganalisis sebuah tulisan. Konteks bisa menjadi
titik terang dalam pemahaman teks. Namun, bukan berarti konteks adalah bagian dari
teks. Konteks tidak dapat dilihat secara langsung dalam teks namun dapat dipahami
saat mencoba mencari penjelasan dalam ungkapan teks.
Konteks dapat dilihat dari fakta saat pembuatan teks.
Baik dalam budaya, politik, norma yang
berlaku, atau realita kehidupan yang terjadi.
D.
Sinopsis Sang Kuriang
Dahulu kala
di tanah pasundan, Jawa Barat, ada dewi surgawi yang indah. Namanya Dayang
Sumbi. Dia tinggal disebuah gubug di hutan dengan anjing setianya, tumang.
Suatu hari,
pada saat Dayang Sumbi sedang menenun kain, dia kehilangan salah satu alat. Dia
lelah mencari-cari alat tersebut, dan tidak sengaja Dayang Sumbi berkata “siapa
saja yang menemukan alat tenunku bilamana dia perempuan akan ku jadikan dia
saudaraku, dan bilamana laki-laki maka dia akan ku jadikan seorang suami.”
Dayang Sumbi
sangat bingung karena yang menemukan alat tenunnya adalah si tumang anjing
peliharaannya sendiri yang berjenis kelamin jantan. Sehingga mau tidak mau
Dayang sumbi harus menikahi si tumang yang pernah menjadi orang yang dikutuk
menjadi seekor anjing.
Dari hasil
perkawinannya, Dayang sumbi melahirkan seorang anak laki-laki yang diberi nama
Sangkuriang. Sangkuriang tumbuh menjadi dewasa, dia suka berburu dihutan.
Dayang sumbi tidak pernah memberi tahu Sangkuriang bahwa si tumang adalah
ayahnya.
Suaru hari,
Sangkuriang dan tumang berburu ke hutan berburu rusa. Tak lama kemudian mereka
menemukan seekor babi. Sangkuriang bertanya-tanya “kenapa tidak ada rusa hari
ini, tapi saya pikir babi hutan tidak membuat berbeda,” Sangkuriang berteriak,
“ Tumang lawan babi itu, bunuh untuk saya.”
Yang
mengejutkan, si tumang tidak membunuh babi itu, karena babi itu adalah ibu
Dayang sumbi. Babi itupun melenggang dan tidak diburu oleh si tumang.
Sangkuriang pun geram dengan perbuatan si tumang yang tidak memburu babi itu,
dia membunuh si tumang dan mengeluarkan hati anjing itu dan memberikannya
kepada ibunya.
Setelah makan
hati, ibunya bertanya “ngomong-ngomong dimana si tumang, aku tidak melihatnya
setelah kamu pulang berburu?” “ibu” jawab Sangkuriang dengan pelan, “aku
membunuhnya karena ketidak taatannya, dan hati yang kau makan adalah hati
tumang.”
“kau! Dasar
kau anak tak tau diri!” teriak Dayang sumbi, memukul sendok sup ke kepala
Sangkuriang sehingga kepalanya berdarah. “keluar dari wajahku, kau pembunuh,
kau telah membunuh ayahmu sendiri! Kau adalah anak laki-laki kurang ajar.”
pendarahan di kepalanya, Sangkuriang pun pergi ke hutan dan
tinggal disebuah bukit. Setelah bertahun-tahun lamanya Sangkuriang tumbuh
menjadi laki-laki tampan dan menjadi pemburu yang terampil. Dia telah melupakan semua memorinya bahkan
namanya pun dia tidak mengetahuinya.
Suatu hari, Sangkuriang bertemu dengan
seorang gadis cantik dan dia pun jatuh cinta pada pandangan pertama. Ternyata
gadis itu Dayang Sumbi, yaitu ibunya sendiri yang awet muda karena memakan hati
dari si tumang. Sangkurian tidak mengenali Dayang Sumbi, tetapi Dayang Sumbi
mengetahuinya karena dia menemukan goresan luka yang ada di kepalanya.
Karena mabuk cinta, Sangkuriang pun
melamarnya dan ingin menikahinya. Untuk menghindari perkawinan tersebut Dayang
Sumbi memberikan sebuah syarat kepada Sangkuriang yaitu Dayang sumbi meminta
dibuatkan danau dan sebuah perahu dalam saru malam sebagai hadiah dari pernikahannya.
Sangkuriang pun menyanggupinya, dengan bantuan mahluk lain untuk membantunya
menyelesaikan pekerjaan itu. Dayang sumbi mengetahui hal tersebut dia
kebingungan karena takut itu terjadi. Dan dengan cerdiknya Dayang sumbi
menyuruh warga untuk membakar gabah sehingga terlihat seperti matahari yang
akan terbit ditambah dengan suara ayam yang berkokok. Sangkuriang pun kesal
karena misinya tidak rampung dan menendang perahu itu sehingga perahu itu
tebalik, dan sekarang menjadi gunung tangkuban perahu yang berada di Jawa
Barat.
Daftar Isi
Nursisto.
2005. IkhtisarKesusastraan Indonesia. Yogyakarta:
AdicitaKarya Nusa
Purba,
Antilan. 2008. EsaiSastra Indonesia: Teori&Penulisan. Sleman: GrahaIlmu
Keraf,
Gorys. 2007. Diksidan Gaya Bahasa.
Jakarta: Gramedia
Klarer,
Mario. 1998. An introduction to literary
studies. Routledge: London.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar