Sabtu, 17 Desember 2016

Bentuk-bentuk puisi Arab pada zaman Bani Umayyah

Rounded Rectangle: Nama	: Fiqiyah Nurhasanah
Kelas	: VB
NIM	: 1145030065
Bentuk-bentuk puisi Arab pada zaman Bani Umayyah
1.    Diksinya (pengucapannya)
Bersih, jernih, dan tepat karena dekat dengan nabi.Puisi umayyah bebas dari istilah-istilah yang asing dan rumit atau pelik.
2.    Isi
Puisi pada masa ini Tidak ketat dalam hal pujian terhadap wanita-wanita kesayngan mereka, bahkan menjadi kebiasaan baku. Dan dari sini lahirlah jenis puisi baru (ghazal).
3.    Politik sya’ir
Membanggakan diri dan kaumnya sambil mencela dan mengejek individu lainya
4.    Keistimewaan

a.        Makna dan ide (kebanyakan para penyair berstandar/ bertumpu pada makna-makna jahiliyah. Idenya juga bertujuan untuk haja’ dan fakhr).
b.      Gambaran dan imajinasi (imajinasinya disandarkan pada lingkungan Arab dan sebagian penyair dipengaruhi oleh Al-Qur’an)
c.       Lafadz (kefasihan ungkapan penyair dalam fakhr dan haja’, bersifat manis dan lembut dalam puisi cinta).
d.      Struktur qasidah (sama seperti masa jahiliyah, dilihat dari sisi banyaknya tujuan. Kecuali Hijaz yang khusus pada puisi cinta).
Perkembangan Puisi pada zaman Bani Umayyah.
Dalam periode Umayyah kegiatan penciptaan dan pembacaan puisi semakin meningkat.Ada dua faktor yang menyebabkan perkembangan ini.Pertama adalah futuhat (penyebaran islam)awal telah menyebabkan kekuasaan islam meliputi penduduk non arab dan banyak dari mereka yang telah masuk islam. Pemahaman mereka terhadap bahasa arab yang jauh dari sempkurna, menjadikan pemahaman mereka atas islam juga berkurang, sebagai konsekuensi Negara islam harus memajukan pemahaman atas bahasa arab. Pepopleran puisi merupakan salah satu cara untuk mencapai tujuan itu.
Kedua, para kholifah Umayyah sendiri memang menggemari puisi, dan mereka member hadiah-hadiah besar kepada para penyair yang menciptakan pkuisi-puisi pujian bagi mereka, atau yang menghsilkan puisi-puisi yang indah. Muawiyah, Abdul Malik, dan Hisyam sangat menggemari puisi, dan banyak membantu npara penyair serta mempopulerkan karya-karya mereka. Pada periode inilah jarir dan Farozdaq, penyair besar pada zaman Umayyah, memsunculkan dua kelompok dalam amsyarakat yang masing-masing menggemari salah satu penyair, dan tiap-tiap kelompok ini akan membaca puisi-puisi penyair favorit masing-masing guna membuktikan keunggulan penyair mereka.
Pada masa ini dilakukan upaya pertama untuk menghimpun puisi-puisi pra-islam yang dikerjakan oleh Hammad, lahir di Kuffah dan merupakan anak seorang tawanan perang Persia, serta berbicara bahasa arab dengan menggunakan dialeg Persia. Namun, dalam catatan arab dia lebih dkenal sebagai orang yang sangat kuat ingatannya. Atas permintaan Al-Walid II, ia membawakan puisi-puisi jahiliyah dengan akhiran huruf yang sama, dan untuk masing-masing huruf setidaknya terdiri atas 100 puisi yang berbeda-beda. Setelah mendengar sendiri sekitar 2900 Qhosidah, diriwayatkan bahwa Al-Walid merasa puas dan memberikan hadiah sebesar 100 ribu dirham kepada Hammad. Warisan terbesar Hammad adalah himpunan puisi Emas berlirik, yang dikenal dengan Mu’allaqat.dikepalai oleh Al-Farozdaq dan Jarir, dan sekolah puisi di ibu kota kerajajaan di keplai oleh Al-Akhtal. Ketiganya lahir dan besar di Irak. Mereka adalah para pengubah puisi satir dan puisi pujian .Sebagai penyair, ketiganya merupakan yang terdepan diantara para penyair unggulkan sebelum mereka.

Tujuan Puisi pada zaman Bani Umayyah.
Karena banyaknya penyair yang menjadi penyambung lidah para pimpinan goongan-golongan, maka tidak heran kalu kebanyakan tujuan dari penyair pada masa Umayyah kembali pada masa jahiliyah, seperti kebanggaan terhadap kabilah , pencaci makian.
            Pada masa awal islam tujan dari puisi adalah untuk penyebaran agama islam , memuji Nabi dan Khulafaurrosidin, mencela musuh-musuh nabi dan hal-hal untuk membela islam. Tetapi dengan berdirinya pemrintahan Umayyah, dengan mengguakan politik arab yang terkuat, karena itu pada masa ini merupakan suatu dagangan yang sangat menguntungkan. Maka para penyair berduyun-duyun mengharap para kholifah atau pimpinan kabilah dan majlis-majlis kholifah.Karena pemberian inilah para penyair menjadi kaya raya.
            Pada masa ini muncul tujuan baru dari puisi-puisi yakni :
1.      Syi’ir Siyasi
Syair siyasi muncul pada masa Umayyah.Dimana didalamnya terdapat unsure mendukung suatu partai tertentu dalam menghadapi partai lawannya. Para penyair menjadi penyambung aspirasi resmi bagi setiap kelompok dengan makna-makna ynag mengandung argumentasi agama dan kepantingan kelompok yang disampaikan dengan gaya bahasa yang tegas, kuat dan tajam.
2.      Syi’ir naqoid
Puisi satire di mana satu satu individu membanggakan diri dan kaumnya sambil mencela dan mengejek individu lainya. Sebagai reaksi, individu yang dicela membalas dengan membela diri dan membanggakan kaumnya disertai dengan celaan bagi penyair lawannya
3.      Syi’ir Ghozal

Puisi jenis ini berkembang menjadi puisi jenis bebas yang menghusuhkan pada qosidah-qosidah.Puisi cinta ini terdiri dua jenis yaitu puisi kebebasan cinta dan puisi cinta murni tanpa hasrat.Puisi cinta ini tersebar di aderah perkotaan yang menceritakan tetang sifat-sifat tubuh dan petualangan cinta.Penyair terkenal pada jenis ini adalah Umar Ibnu Abi Robi’ah. Sedangkan puisi puisi cinta tentang kesucian tersebar di daerah pedalaman, puisi ini berbicara tentang kepedihan  yang mendalam karena cinta dan perpisahan. Penyair yang terkenal pada jenis ini adalah Qois Ibnu Al-Mulawwih yang dikenal dengan (Qois Laila) dan Jamil Ibnu Mu’ammar yang dikenal dengan (Bi Jamil Batsinah).

Tidak ada komentar:

Kita Bisa Menaklukannya

Halo gengs apa kabs today? udah lama uni ngga ngepost, bingung sih mau ngeposting apa soalnya yaa gitulah yah biasa orang yang so sibuk tea...