
1. Diksinya (pengucapannya)
Bersih, jernih, dan tepat
karena dekat dengan nabi.Puisi umayyah bebas dari istilah-istilah yang asing
dan rumit atau pelik.
2. Isi
Puisi pada masa ini Tidak ketat
dalam hal pujian terhadap wanita-wanita kesayngan mereka, bahkan menjadi
kebiasaan baku. Dan dari sini lahirlah jenis puisi baru (ghazal).
3. Politik sya’ir
Membanggakan diri dan kaumnya
sambil mencela dan mengejek individu lainya
4. Keistimewaan
a.
Makna dan ide (kebanyakan para
penyair berstandar/ bertumpu pada makna-makna jahiliyah. Idenya juga bertujuan
untuk haja’ dan fakhr).
b.
Gambaran dan imajinasi (imajinasinya disandarkan pada lingkungan
Arab dan sebagian penyair dipengaruhi oleh Al-Qur’an)
c.
Lafadz (kefasihan ungkapan penyair dalam fakhr dan haja’, bersifat
manis dan lembut dalam puisi cinta).
d.
Struktur qasidah (sama seperti masa jahiliyah, dilihat dari sisi
banyaknya tujuan. Kecuali Hijaz yang khusus pada puisi cinta).
Perkembangan
Puisi pada zaman Bani Umayyah.
Dalam periode Umayyah kegiatan penciptaan dan pembacaan puisi
semakin meningkat.Ada dua faktor yang menyebabkan perkembangan ini.Pertama adalah futuhat (penyebaran
islam)awal telah menyebabkan kekuasaan islam meliputi penduduk non arab dan
banyak dari mereka yang telah masuk islam. Pemahaman mereka terhadap bahasa
arab yang jauh dari sempkurna, menjadikan pemahaman mereka atas islam juga
berkurang, sebagai konsekuensi Negara islam harus memajukan pemahaman atas
bahasa arab. Pepopleran puisi merupakan salah satu cara untuk mencapai tujuan
itu.
Kedua, para kholifah Umayyah sendiri memang
menggemari puisi, dan mereka member hadiah-hadiah besar kepada para penyair
yang menciptakan pkuisi-puisi pujian bagi mereka, atau yang menghsilkan
puisi-puisi yang indah. Muawiyah, Abdul Malik, dan
Hisyam sangat menggemari puisi, dan banyak membantu npara penyair serta
mempopulerkan karya-karya mereka. Pada periode inilah jarir dan Farozdaq,
penyair besar pada zaman Umayyah, memsunculkan dua kelompok dalam amsyarakat
yang masing-masing menggemari salah satu penyair, dan tiap-tiap kelompok ini
akan membaca puisi-puisi penyair favorit masing-masing guna membuktikan
keunggulan penyair mereka.
Pada masa ini dilakukan upaya pertama untuk
menghimpun puisi-puisi pra-islam yang dikerjakan oleh Hammad, lahir di Kuffah
dan merupakan anak seorang tawanan perang Persia, serta berbicara bahasa arab
dengan menggunakan dialeg Persia. Namun, dalam catatan arab dia
lebih dkenal sebagai orang yang sangat kuat ingatannya. Atas permintaan
Al-Walid II, ia membawakan puisi-puisi jahiliyah dengan akhiran huruf yang
sama, dan untuk masing-masing huruf setidaknya terdiri atas 100 puisi yang
berbeda-beda. Setelah mendengar sendiri sekitar 2900 Qhosidah, diriwayatkan
bahwa Al-Walid merasa puas dan memberikan hadiah sebesar 100 ribu dirham kepada
Hammad. Warisan terbesar Hammad adalah himpunan puisi Emas berlirik, yang
dikenal dengan Mu’allaqat.dikepalai oleh Al-Farozdaq dan Jarir, dan sekolah
puisi di ibu kota kerajajaan di keplai oleh Al-Akhtal. Ketiganya lahir dan
besar di Irak. Mereka adalah para pengubah puisi satir dan puisi pujian
.Sebagai penyair, ketiganya merupakan yang terdepan diantara para penyair
unggulkan sebelum mereka.
Tujuan
Puisi pada zaman Bani Umayyah.
Karena banyaknya penyair yang menjadi
penyambung lidah para pimpinan goongan-golongan, maka tidak heran kalu
kebanyakan tujuan dari penyair pada masa Umayyah kembali pada masa jahiliyah,
seperti kebanggaan terhadap kabilah , pencaci makian.
Pada masa awal islam tujan dari puisi adalah untuk penyebaran
agama islam , memuji Nabi dan Khulafaurrosidin, mencela musuh-musuh nabi dan
hal-hal untuk membela islam. Tetapi dengan berdirinya pemrintahan Umayyah,
dengan mengguakan politik arab yang terkuat, karena itu pada masa ini merupakan
suatu dagangan yang sangat menguntungkan. Maka para penyair berduyun-duyun
mengharap para kholifah atau pimpinan kabilah dan majlis-majlis kholifah.Karena
pemberian inilah para penyair menjadi kaya raya.
Pada masa ini muncul tujuan baru dari puisi-puisi yakni :
1.
Syi’ir Siyasi
Syair siyasi muncul pada masa
Umayyah.Dimana didalamnya terdapat unsure mendukung suatu partai tertentu dalam
menghadapi partai lawannya. Para penyair menjadi penyambung aspirasi resmi bagi
setiap kelompok dengan makna-makna ynag mengandung argumentasi agama dan
kepantingan kelompok yang disampaikan dengan gaya bahasa yang tegas, kuat dan
tajam.
2.
Syi’ir naqoid
Puisi satire di mana satu satu
individu membanggakan diri dan kaumnya sambil mencela dan mengejek individu
lainya. Sebagai reaksi, individu yang dicela membalas dengan membela diri dan
membanggakan kaumnya disertai dengan celaan bagi penyair lawannya
3.
Syi’ir Ghozal
Puisi jenis ini berkembang
menjadi puisi jenis bebas yang menghusuhkan pada qosidah-qosidah.Puisi cinta
ini terdiri dua jenis yaitu puisi kebebasan cinta dan puisi cinta murni tanpa
hasrat.Puisi cinta ini tersebar di aderah perkotaan yang menceritakan tetang
sifat-sifat tubuh dan petualangan cinta.Penyair terkenal pada jenis ini adalah
Umar Ibnu Abi Robi’ah. Sedangkan puisi puisi cinta tentang kesucian tersebar di
daerah pedalaman, puisi ini berbicara tentang kepedihan yang mendalam
karena cinta dan perpisahan. Penyair yang terkenal pada jenis ini adalah Qois Ibnu
Al-Mulawwih yang dikenal dengan (Qois Laila) dan Jamil Ibnu Mu’ammar yang
dikenal dengan (Bi Jamil Batsinah).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar