MAKALAH
Unsur Instrinsik dan Nilai Pendidikan Didalam Nove “Pudarnya Pesona Cleopatra” Karya Habiburrahman El-Shirazy
Fiqiyah Nurhasanah 1145030065
JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INGGRIS
FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2016
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui unsur intrinsik yang ada didalam novel “Pudarnya Pesona Cleopatra” karangan Habiburrahman El-Shirazy. Didalamnya saya menjelaskan mengenai tema, alur, setting, sudut pandang, amanat, penokohan, dan gaya bahasa. Disamping itu saya juga memasukan sinopsis dari novelnya, biografi penulis novel tersebut, dan menambahkan nilai pendidikan apa yang penulis ingin sampaikan kepada si pembaca.
Abstract
This research head for know about instrinsic element in the novel “Pudarnya Pesona Cleopatra” by Habiburrahman El-Shirazy.
In this paper I explain about theme, plot, setting, poin of view, the moral message, character, and figurative language. On the other hand and I also explain about synopsis, biography, and education that the writer want to deliver it to the reader.
Keynote: novel, kutipan, pengarang
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan karya-karya sastra pada masa ini semakin maju. Itu terlihat dengan munculnya kreativitas-kreativitas pengarang menyajikan karya sastranya masing-masing. Contohnya Habiburrahman El Shirazy yang menulis salah satu novelnya yang berjudul “Pudarnya Pesona Cleopatra” yang didalamnya banyak konflik batin yang disampaikan sehingga membuat para pembaca mudah untuk masuk kedalam cerita. Tema, alur, dan tokoh yang kang Abik angkat pada novel ini cukup menarik perhatian pembaca, dan ceritanya juga cukup menarik karena cerita ini mengisahkan seseorang yang dijodohkan kepada seseorang yang dia tidak kenal dan ia pun mempunyai pengharapan bahwa ia ingin menikah dengan orang mesir, menikah dengan jodoh yang dipilihkan ibunya itu membuat ia tersiksa karena tidak ada rasa cinta sedikitpun yang tumbuh didalamnya tetapi yang lebih menariknya diakhir kang abik membuat cerita yang menarik yaitu mulai tumbuhnya rasa cinta kepada istrinya.
Berdasarkan uraian diatas makalah ini akan memfokuskan pada unsur intrinsik pada novel ini. Semoga dengan adanya makalah ini pembaca bisa mudah untuk menganalisis novel “Pudarnya Pesona Cleopatra” tersebut.
B. Rumusan Masalah
1. Apa tema yang diangkat pada novel tersebut?
2. Bagaimana alur cerita didalam novel tersebut?
3. Konflik apa saja yang terjadi didalam novel tersebut?
C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui keunikan dari tema yang diangkat dan konflik yang ada didalam novel tersebut sehingga para pembaca tertarik untuk membaca novelnya.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Unsur Instrinsik Dalam Novel
Unsur instrinsik novel adalah unsur-unsur yang membangun sebuah karya tulis novel dan berada dalam novel itu sendiri[1]. Unsur-unsur instrinsik dalam novel meliputi tema, alur, setting, penokohan, amanat, sudut pandang, dan gaya bahasa. Berikut adalah pengertiannya:
1. Tema
Tema adalah inti atau ide pokok pada cerita. Tema pada suatu novel menyangkut segala persoalan dalam kehidupan manusia, baik masalah kemanusiaan, kekuasaan, kasih sayang, dan sebagainya[2].
Tema adalah ide pokok/ gagasan utama yang merupakan jiwa dari sebuah cerita novel. Tema dituangkan secara tidak langsung atau secara tersirat oleh penulis kedalam cerita. Tema bisa bercerita mengenai kehidupan sosial, remaja, religi, remaja, atau yang lainnya.
Jadi kesimpulannya tema adalah suatu ide pokok atau gagasan utama didalam suatu cerita atau novel yang menyangkut kehidupan sosial, remaja, kekuasaan, ataupun yang lainnya.
2. Alur
Alur merupakan pola pengembangan cerita yang terbentuk oleh hubungan sebab-akibat. Intisari alur ada pada permasalahan cerita, akan tetapi suatu permasalahan dalam novel tidak untuk dipaparkan secara langsung jadi harus ada dasarnya. Oleh karena itu, alur terdiri dari 1) pengenalan, 2) munculnya konflik, 3) konflik meninggi, 4) klimaks, dan 5) penyelesaian.
Alur atau plot merupakan jalan cerita yang memiliki keterkaitan sebab dan akibat. Dalam pembagiannya alur terbagi menjadi 3 yaitu alur maju, alur mundur, dan alur campuran.
Jadi kesimpulannya alur adalah pola pengembangan cerita yang memiliki keterkaitan sebab akibat. Alur terbagi menjadi tiga bagian yaitu alur maju, mundur, dan campuran. Adapun dilihat dari segi yang lain alur terdiri dari pengenalan, munculnya konflik, konflik, klimaks, dan penyelesaian.
Di tahap saling mengenal, pengarang mulai menggambarkan situasi dan memperkenalkan tokoh-tokoh cerita sebagai pendahuluan. Di bagian kedua, pengarang mulai menampilkan pertikaian yang terjadi di antara tokoh. Pertikaian ini semakin meninggi, dan puncaknya dari masalah tersebut terjadi di bagian keempat (klimaks). Setelah fase tersebut terlampaui, sampailah di bagian kelima (pemecahan masalah). Alur pun menurun menuju ke mencari solusi dalam masalah dan penyelesaian cerita. Itulah unsur-unsur alur yang berpusat pada konflik. Dengan adanya alur seperti di atas, pembaca dibawa ke dalam suatu keadaan yang menegangkan (suspense). Suspense inilah yang menarik pembaca untuk terus mengikuti cerita tersebut. Dari tahap-tahap alur di atas jelaslah bahwa kekuatan sebuah novel terletak pada kemampuan pengarang membawa pembacanya menemui masalah, memuncaknya masalah, dan berakhirnya masalah. Timbulnya konflik sering berhubungan erat dengan unsur watak dan latar. Konflik dalam cerita mungkin terjadi karena watak seorang tokoh yang menimbulkan persoalan bagi tokoh lain atau lingkungannya.
3. Setting
Latar atau setting merupakan tempat, waktu, dan suasana terjadinya perbuatan tokoh atau peristiwa yang dialami oleh tokoh. Untuk penyebutannya tidak selalu jelas misalkan disuatu hutan, pada suatu hari, dan selanjutnya.
Latar adalah hal-hal yang berkenaan dengan waktu, suasana, dan tempat kejadian dalam novel.
Jadi kesimpulannya latar atau setting adalah hal-hal yang berkenaan dengan waktu kejadian, tempat, dan suasana dalam novel.
4. Penokohan
Penokohan adalah cara penggambaran si pengarang terhadap karakteristik yang ada dalam novel.
Tokoh adalah orang yang memerankan karakter tertentu. Sedangkan penokohan adalah karakteristik atau sifat yang ada pada si tokoh.
Posisi pengarang dalam menyampaikan cerita ada beberapa macam: Narator serbatahu adalah narator bertindak sebagai pencipta segalanya yang serbatahu. ia tahu segalanya. Ia dapat menciptakan segala hal yang diinginkannya. Ia dapat mengeluarkan dan memasukkan para tokoh. Ia dapat mengemukakan perasaan, kesadaran, ataupun jalan pikiran para tokoh cerita. Pengarang dapat mengomentari kelakuan para tokoh-tokoh dalam cerita, bahkan juga dapat berbicara langsung dengan pembacanya. Narator objektif adalah pengarang tak memberi komentar apa pun. Pembaca hanya disuguhi “hasil pandangan mata”. Pengarangnya menceritakan apa yang terjadi seperti penonton melihat pementasan drama. Pengarang sama sekali tak mau masuk ke dalam pikiran para pelaku. Dalam kenyataannya, orang memang hanya dapat melihat apa yang yang dilakukan orang lain. Dengan melihat kelakukan orang lain tersebut, juga boleh menilai kehidupan kejiwaannya, kepribadiannya, jalan pikirannya, dan perasaannya. Motif tindakan pelakunya hanya bisa kita nilai dan perbuatan mereka. Dalam hal ini, jelaslah bahwa pembaca sangat diharapkan partisipasinya. Pembaca bebas menafsirkan apa yang diceritakan pengarang. Narator aktif adalah Narator juga aktor yang terlibat dalam cerita tersebut yang terkadang fungsinya sebagai tokoh sentral. Cara thi tampak dalam penggunaan kata ganti orang pertama (aku, kami). Dengan posisi yang demikian, narator hanya boleh melihat dan mendengar apa yang orang biasa lihat atau dengar. Selanjutnya narator mencatat tentang apa yang dikatakan atau dilakukan tokoh lain dalam suatu jarak penglihatan dan pendengaran.Narator tidak dapat membaca pikiran tokoh lain kecuali hanya menafsirkan dari tingkah laku fisiknya. Narator juga tidak dapat melompati jarak yang besar. Hal-hal yang bersifat psikologis dapat dikisahkan jika menyangkut dirinya sendiri. Narator sebagai peninjau adalah pengarang memilih salah satu tokohnya untuk bercerita. Seluruh kejadian yang ada pada cerita lakukan bersama tokoh ini. Tokoh ini bisa bercerita tentang pendapatnya atau perasaannya sendiri. Sementara itu, terhadap tokoh-tokoh lain, ia hanya boleh menyampaikan tentang, kita sesuai apa yang ia lihat. Jadi, teknik ini merupakan berupa penuturan pengalaman seseorang. Dalam beberapa hal, teknik ini sebenarnya hampir sama dengan teknik orang pertama, tetapi teknik ini lebih bebas dan fleksibel dalam bercerita.
5. Amanat
Amanat merupakan ajaran moral atau pesan yang hendak disampaikan oleh pengarang kepada pembaca melalui karya yang diciptakannya itu. Dalam pendapat lain amanat adalah pesan yang ingin disampaikan oleh si pengarang terhadap pembacanya.
Tidak terlalu berbeda dengan bentuk cerita lainnya, amanat dalam novel disimpan dengan rapi oleh pengarang dalam keseluruhan isi cerita. Oleh karena itu, untuk mendapatkan amanat itu kita tidak cukup membaca dua atau tiga lembar saja, tetapi kita harus membacanya secara keseluruhan.
6. Sudut Pandang
Sudut pandang adalah kedudukan si penulis dalam cerita atau kedudukan tokoh dalam cerita. Dalam pendapat lain sudut pandang adalah posisi pengarang atau narator dalam membawakan cerita tersebut.
Sudut pandang terbagi menjadi dua macam yaitu sudut pandang orang pertama (aku) dan sudut pandang orang ke tiga (dia). Posisi pengarang dalam menyampaikan cerita ada beberapa macam: Narator serbatahu adalah narator bertindak sebagai pencipta segalanya yang serbatahu. ia tahu segalanya. Ia dapat menciptakan segala hal yang diinginkannya. Ia dapat mengeluarkan dan memasukkan para tokoh. Ia dapat mengemukakan perasaan, kesadaran, ataupun jalan pikiran para tokoh cerita. Pengarang dapat mengomentari kelakuan para tokoh-tokoh dalam cerita, bahkan juga dapat berbicara langsung dengan pembacanya. Narator objektif adalah pengarang tak memberi komentar apa pun. Pembaca hanya disuguhi “hasil pandangan mata”. Pengarangnya menceritakan apa yang terjadi seperti penonton melihat pementasan drama. Pengarang sama sekali tak mau masuk ke dalam pikiran para pelaku. Dalam kenyataannya, orang memang hanya dapat melihat apa yang yang dilakukan orang lain. Dengan melihat kelakukan orang lain tersebut, juga boleh menilai kehidupan kejiwaannya, kepribadiannya, jalan pikirannya, dan perasaannya. Motif tindakan pelakunya hanya bisa kita nilai dan perbuatan mereka. Dalam hal ini, jelaslah bahwa pembaca sangat diharapkan partisipasinya. Pembaca bebas menafsirkan apa yang diceritakan pengarang. Narator aktif adalah Narator juga aktor yang terlibat dalam cerita tersebut yang terkadang fungsinya sebagai tokoh sentral. Cara thi tampak dalam penggunaan kata ganti orang pertama (aku, kami). Dengan posisi yang demikian, narator hanya boleh melihat dan mendengar apa yang orang biasa lihat atau dengar. Selanjutnya narator mencatat tentang apa yang dikatakan atau dilakukan tokoh lain dalam suatu jarak penglihatan dan pendengaran.Narator tidak dapat membaca pikiran tokoh lain kecuali hanya menafsirkan dari tingkah laku fisiknya. Narator juga tidak dapat melompati jarak yang besar. Hal-hal yang bersifat psikologis dapat dikisahkan jika menyangkut dirinya sendiri. Narator sebagai peninjau adalah pengarang memilih salah satu tokohnya untuk bercerita. Seluruh kejadian yang ada pada cerita lakukan bersama tokoh ini. Tokoh ini bisa bercerita tentang pendapatnya atau perasaannya sendiri. Sementara itu, terhadap tokoh-tokoh lain, ia hanya boleh menyampaikan tentang, kita sesuai apa yang ia lihat. Jadi, teknik ini merupakan berupa penuturan pengalaman seseorang. Dalam beberapa hal, teknik ini sebenarnya hampir sama dengan teknik orang pertama, tetapi teknik ini lebih bebas dan fleksibel dalam bercerita[3].
7. Gaya bahasa
Gaya bahasa merupakan pilihan kata atau diksi yang digunakan oleh penulis untuk membuat cerita semakin indah. Biasanya penulis menyisipkan kata-kata yang puitis dan menggunakan majas dalam penulisan ceritanya.
BAB III
PEMBAHASAN
A. Biografi
Sebelum kita membahas mengenai novel Pudarnya Pesona Cleopatra, kita membahas dulu mengenai biografi penulisnya.
Habiburrahman El Shirazy yang lebih dikenal dengan panggilan Kang Abik adalah seorang dai, novelis, dan penyair yang karya-karyanya terkenal tidak hanya di Indonesia tetapi di negara lain seperti Malaysia, Singapura, dan Brunei. Nama Kang Abik mulai melambung ketika karya novelnya yang berjudul “Ayat-ayat Cinta” tampil di layar kaca. Sejak itulah banyak karya-karyanya yang juga difilmkan dan diminati oleh khalayak ramai. Kang Abik lahir di Semarang, Jawa Tengah, 30 September 1976.
Karya-karya fiksinya dinilai dapat membangun jiwa dan menumbuhkan semangat berprestasi pembaca. Diantara karya-karyanya yang telah beredar dipasaran adalah Ayat-Ayat Cinta (telah dibuat versi filmnya, 2004), Di Atas Sajadah Cinta (telah disinetronkan Trans TV, 2004), Ketika Cinta Berbuah Surga (2005), Pudarnya Pesona Cleopatra (2005), Ketika Cinta Bertasbih 1 (2007), Ketika Cinta Bertasbih 2 (Desember, 2007) dan Dalam Mihrab Cinta (2007). Kini sedang merampungkan Langit Makkah Berwarna Merah, Bidadari Bermata Bening, dan Bulan Madu di Yerussalem.
Karya-karya fiksinya dinilai dapat membangun jiwa dan menumbuhkan semangat berprestasi pembaca. Diantara karya-karyanya yang telah beredar dipasaran adalah Ayat-Ayat Cinta (telah dibuat versi filmnya, 2004), Di Atas Sajadah Cinta (telah disinetronkan Trans TV, 2004), Ketika Cinta Berbuah Surga (2005), Pudarnya Pesona Cleopatra (2005), Ketika Cinta Bertasbih 1 (2007), Ketika Cinta Bertasbih 2 (Desember, 2007) dan Dalam Mihrab Cinta (2007). Kini sedang merampungkan Langit Makkah Berwarna Merah, Bidadari Bermata Bening, dan Bulan Madu di Yerussalem.
Habiburrahman el-Shirazy adalah sarjana Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir. Ia memulai pendidikan menengahnya di MTs Futuhiyyah 1 Mranggen sambil belajar kitab kuning di Pondok Pesantren Al Anwar, Mranggen, Demak di bawah asuhan K.H. Abdul Bashir Hamzah. Pada tahun 1992 ia merantau ke kota budaya Surakarta untuk belajar di Madrasah Aliyah Program Khusus (MAPK) Surakarta, lulus pada tahun 1995. Setelah itu melanjutkan pengembaraan intelektualnya ke Fakultas Ushuluddin, Jurusan Hadist Universitas Al-Azhar, Kairo dan selesai pada tahun 1999. Pada tahun 2001 lulus Postgraduate Diploma (Pg.D) S2 di The Institute for Islamic Studies di Kairo yang didirikan oleh Imam Al-Baiquri.
Kang Abik, demikian novelis ini biasa dipanggil adik-adiknya, semasa di SLTA pernah menulis teatrikal puisi berjudul Dzikir Dajjal sekaligus menyutradarai pementasannya bersama Teater Mbambung di Gedung Seni Wayang Orang Sriwedari Surakarta (1994). Pernah meraih Juara II lomba menulis artikel se-MAN I Surakarta (1994). Pernah menjadi pemenang I dalam lomba baca puisi relijius tingkat SLTA se-Jateng (diadakan oleh panitia Book Fair’94 dan ICMI Orwil Jateng di Semarang, 1994). Pemenang I lomba pidato tingkat remaja se-eks Keresidenan Surakarta (diadakan oleh Jamaah Masjid Nurul Huda, UNS Surakarta, 1994). Ia juga pemenang pertama lomba pidato bahasa Arab se- Jateng dan DIY yang diadakan oleh UMS Surakarta (1994). Meraih Juara I lomba baca puisi Arab tingkat Nasional yang diadakan oleh IMABA UGM Jogjakarta (1994). Pernah mengudara di radio JPI Surakarta selama satu tahun (1994-1995) mengisi acara Syharil Quran Setiap Jumat pagi. Pernah menjadi pemenang terbaik ke-5 dalam lomba KIR tingkat SLTA se-Jateng yang diadakan oleh Kanwil P dan K Jateng (1995) dengan judul tulisan, Analisis Dampak Film Laga Terhadap Kepribadian Remaja. Beberapa penghargaan bergengsi lain berhasil diraihnya antara lain, Pena Award 2005, The Most Favorite Book and Writer 2005 dan IBF Award 2006. Dari novelnya yang berjudul “Ayat-ayat Cinta” dia sudah memperoleh royalti lebih dari 1,5 Milyar, sedangkan dari buku-bukunya yang lain tidak kurang ratusan juta sudah dia kantongi.
B. Sinopsis
Novel ini menceritakan tentang seorang laki-laki yang ingin menikahi seorang wanita pilihan orang tuanya, wanita itu bernama Raihana, Raihana adalah seorang gadis sholihah yang cantik dan hafal AL-Quran, walaupun dia lebih tua dua tahun dari lelaki itu, tetapi dia tetap kelihatan lebih muda, seperti baru berumur 17 tahun.
Lelaki itu menikahi Raihana bukan atas dasar cinta melainkan karena kasihan kepada kedua orang tuanya, dan tidak ingin mengecewakan orang tuanya.
Karena orang tuanya sudah menjodohkan mereka berdua jauh sebelum mereka dilahirkan kedunia. Sudah berapa hari lelaki itu menjalani hidupnya dengan Raihana tetapi benih-benih cinta itu masih belum juga tumbuh. Karena lelaki itu masih mengharapkan wanita yang dinikahinya dan berada di sampingnya kini adalah seorang gadis mesir titisan dari ratu Cleopatra, tetapi semua itu tidak mungkin karena mana ada gadis secantik titisan ratu Cleopatra yang tinggal di jawa lirihnya.
Setelah 6 bulan akhirnya Raihana hamil dan ia pun meminta izin kepada suaminya kalau ia ingin tinggal bersama kedua orang tuanya, agar Raihana bisa mendapat perhatian lebih dari orang tuanya. Kini lelaki itu hidup sendiri tanpa ada Raihana di sampingnya. Akhirnya, segala sesuatu pun ia lakukan sendiri dari mulai makan, menyetrika, dan mencuci baju ia lakukan sendiri, sampai akhirnya ia ditugaskan keluar kota.
Ketika sampainya ditempat kerja lelaki itu mendengar perbincangan Pak Hardi dengan teman kerjanya yang sedang membicarakan Pak Agung seorang dosen muda dan terkemuka. Ia berhasil menyunting promotornya Judith Barton dan ketika Pak Agung telah menikah dengan Judith, kemudian Judith ketahuan sedang berselingkuh dengan mantan pacarnya orang Amerika dan Pak Agung pun memberi pilihan pada istrinya untuk memilih dia atau mantan pacarnya. Judith pun memilih mantan pacarnya ketimbang suaminya. Akhirnya Pak Agung pun bercerai dengan Judith sampai akhirnya Pak Agung menjadi gila , itulah kisah Pak Agung.
Kemudian lelaki itu datang kepada Pak Qolyubi untuk meminta nasihat dan akhirnya Pak Qolyubi bercerita tentang kisahnya yang pernah menikah dengan gadis mesir yang sangat cantik tetapi dia tidak mengenakan jilbab, dia anak tuanya yang bernama Yasmin. Di awal pernikahanya Pak Qolyubi sangat bahagia tinggal bersama seorang istri cantik, dan apapun yang diminta istrinya dapat terpenuhi oleh pak Qolyubi. Kemudian pak Qolyubi pindah ke indonesia mengajak ketiga anaknya. Yasmin menyetujui tetapi meminta persyaratan agar setiap tahun pulang ke Mesir dan pak Qolyubi memenuhi persyaratan itu.
Setelah sampai di medan pak Qolyubi mencari tempat tinggal yang mempunyai fasilitas serba ada seperti fasilitas yang ada di mesir. Dan setelah 1 tahun tinggal di Indonesia Yasmin meminta pulang ke mesir untuk menjenguk keluarganya. Setiap melihat wajah Yasmin yang cantik itu pak Qolyubi tidak bisa menolak rintihan istrinya itu untuk pulang ke Mesir. Dan sampai akhirnya, pak Qolyubi bangkrut dari usahanya, dan dia pun meminta kepada orang tuanya untuk menjual sawahnya agar dapat memenuhi keinginan Yasmin.
Setelah beberapa tahun di Mesir pak Qolyubi mengajak Yasmin pulang ke Indonesia, tetapi Yasmin menolak. dan Yasmin pun ketahuan selama di Indonesia selalu menjelek-jelekan suaminya dan akhirnya pak Qolyubi bercerai dengan Yasmin. Beruntung kamu mempunyai seorang istri sholihah yang cantik dan hafal AL-Quran. Seketika itu pun bayangan Raihana melintas difikiranya, kerinduan kepada sang istri pun mulai tumbuh.
Lelaki itu pun segera pulang kerumah untuk menjemput istrinya. Setelah sesampainya di depan rumah Raihana, ibu mertuanya langsung menangis dan memeluk suami Raihana dan menceritakan bahwa Raihana istrinya telah meninggal karena terpeleset di kamar mandi. Dia pun menangis terisak-isak atas kepergian istrinya itu, dan dia menyesal kenapa benih-benih cinta itu tumbuh disaat Raihana telah pergi meninggalkanya[4].
C. Analisis
a. Tema
Tema yang diangkat didalam novel ini adalah seseorang yang terlalu menganggap kecantikan adalah segalanya. Hal ini di lihat dari kutipan:
“Aura pesona kecantikan gadis-gadis Mesir Titisan Cleopatra sedimikian kuat mengakar dalam otak, perasaan dan hatiku, sedimikian kuat menjajahkan cita- cita dan mimpiku.” (hal:5)
“jika ada delapan gadis Mesir maka yang cantik ada enam belas. Karena banyangannya juga cantik. Aku mungkin terlalu memuja keelokan gadis Mesir. Itulah selera. Selera adalah rasa suka yang muncul begitu saja dalam jiwa dan terkadang susah dipahami.”(hal:20)
Didalam kutipan tersebut kita bisa langsung melihat bagaimana si Aku ini mengidam-idamkan kecantikan wanita mesir.
b. Alur
Alur yang ada didalam novel ini adalah alur campuran atau alur maju-mundur. Hal ini di lihat dari kutipan :
“Begini ceritanya. Saya anak tunggal seorang yang cukup kaya dipinggir timur kota Medan…” (hal:34)
“Mendenga cerita Pak Qalyubi saya terisak-isak. Perjalana hidup pak Qalyubi menyadarkan diriku. Aku teringat Raihana…” (hal:44)
Didalam kutipan pertama kita dibawa untuk ikut dalam cerita mengenai seseorang dulu yang sempat menikah dengan orang mesir dan ia mengungkapkan ke kecewaannya, dan kutipan ini juga menunjukan alur mundur karena menceritakan waktu lampau. Di dalam kutipan kedua penulis mengajak kita untuk kembali lagi ke cerita awal atau cerita maju. Oleh karena itu, kita bisa menyimpulkan bahwa cerita ini menggunakan alur campuran atau alur maju-mundur.
c. Setting
Setting tempat dalam novel ini ada beberapa seperti di rumah, kontrakan, kamar tidur, Mesir. Seperti kutipan-kutipan berikut:
“Tepat dua bulan setelah pernikahan,kubawa Raihana kerumah kontrakan dipinggir kota Malang.” (hal:8)
Kutipan ini menunjukan bahwa tokoh sedang berada di sebuah kontrakan di kota Malang.
“Dikamar ia juga telah menyiapkan pakaianku.” (hal:13)
“…Dengan cepat aku berlari kekamar mandi.” (hal:14)
“Aku menyantap bubur kacang hijau itu dengan lahap. Lalu merebahkan diri ditempat ditidur…” (hal:14) ini menunjukan bahwa ia sedang berada di kamar tidur.
“Dalam tidur aku bertemu Ratu Cleopatra pada suatu pagi yang cerah di pantai Cleopatra, Alexandria.” (hal:15)
“Dan sampai dirumah hari sudah petang.” (hal:28)
Dan masih banyak lagi yang lainnya. Untuk setting waktu ada beberapa waktu yang ditemukan didalam novel ini, seperti hari pernikahan, pagi, sore, dan malam.
“Hari pernikahan itu datang…” (hal:7)
“Suatu sore aku pulang dari mengajar dan kehujanan dijalan. Aku lupa tidak membawa jas hujan. Sampai dirumah habis magrib.” (hal:13)
“Mas, bangun mas. Sudah jam setengah empat kau belum shalat isya!” (hal:17)
“Aku terbangun jam enam pagi. Badan telah segar.” (hal:29)
Dan masih banyak lagi.
d. Penokohan
Dalam sebuah novel terdapat yang mengalami peranan dan yang mengisi watak dan karakter yang ada didalam cerita. Untuk menganalisis penokohan atau watak didalam sebuah novel, kita bisa melihat dari 3 aspek yaitu fisik, psikis, dan dimensi sosial.
- Tokoh Aku
Di lihat dari segi fisik tokoh Aku ini seorang laki-laki muda, sedikit tampan, namun lemah dan gampang sakit dan belum menikah. Di lihat dari segi psikis tokoh aku ini adalah seorang yang penurut, mudah cemas, mengutamakan kecantikan, taat beragama, suka hal-hal yang romantis, diam acuh tak acuh, pencemburu dan setia. Di lihat dari dimensi sosial ia adalah seorang dosen yang pernah mengenyam dunia pendidikan di Mesir.
- Tokoh Raihana
Berdasarkan aspek fisiknya Raihana seorang yang cantik, baby face, dan masih muda kira-kira umurnya berkisaran 23 tahun, dan memiliki kulit yang halus. Dari segi psikis ia adalah seorang perempuan yang baik, sabar, taat beragama, cekatan menjadi seorang istri, penurut, setia, dewasa, dan pintar. Dan dari segi dimensi sosial ia adalah perempuan yang berpendidikan dan seorang perempuan jawa.
- Tokoh Ibu
Di dalam novel tokoh ibu ini tidak digambarkan secara jelas tetapi bisa kita bayangkan ia adalah seorang perempuan yang cukup tua mempunyai dua anak yang pertama anak laki-laki yaitu tokoh Aku dan yang kedua adalah perempuan yang bernama Aida, ia adalah adik dari tokoh si Aku. Dari segi psikisnya tokoh ibu adalah tokoh yang taat beragama sehingga turun kepada anak-anaknya. Dari segi dimensi sosial tokoh ibu hanya ibu rumah tangga biasa yang sudah di tinggalkan oleh suaminya meninggal dunia.
- Tokoh Aida
Tokoh Aida ini adalah adik dari tokoh si Aku yang memberikan keyakinan kepada tokoh si Aku untuk menikahi Raihana yang dijodohkan oleh ibunya kepada si Aku.
- Tokoh Mona Zaki
Tokoh Mona Zaki ini adalah tokoh yang hadir di mimpinya tokoh Aku, dia adalah artis perempuan Mesir di dalam mimpinya ia adalah saudara Cleopatra yang akan dijodohkan kepadanya.
- Tokoh Cleopatra
Cleopatra adalah ratu Mesir yang hadir di dalam mimpinya dan yang menjodohkan ia dengan Mona Zaki.
- Tokoh Qalyubi
Tokoh pak Qalyubi adalah laki-laki yang termasuk sudah berumur dan berkisar 40 tahunan, ia adalah orang yang supel, pintar, dan tergila-gila pada kecantikan, dan ia juga orang yang terpandang di keluarganya karena ia pernah mengenyam pendidikan di Mesir.
e. Amanat
Amanat yang terkandung didalam novel ini adalah kita tidak boleh mengutamakan paras wajah yang cantik atau tampan saja karena semua itu tidak bisa dilihat dari wajahnya saja, ada pepatah mengatakan “don’t judge the book from his cover” jadi kita tidak boleh menilai seseorang dari parasnya saja, karna wajah yang cantik akan pudar dan hati yang cantik takan pernah pudar.
f. Sudut Pandang
Sudut pandang yang penulis gunakan di dalam novel ini adalah sudut pandang orang pertama, karena penulis diwakili oleh karakter “aku” seperti dari beberapa kutipan:
“Dalam pergaulatan jiwa yang sulit berharihari,akhirnya aku pasrah” (hal:4)
“Meskipun sesungguhnya dalam hatiku ada kecemasan-kecemasan yang mengintai.” (hal:5)
Dan masih banyak lagi.
g. Gaya Bahasa
Gaya bahasa yang digunakan cukup mudah dimengerti oleh para pembaca untuk berbagai kalangan tentunya. Dan pemilihan bahasanya juga tidak membosankan, penulis menyisipkan beberapa puisi sehingga cerita yang disampaikan itu tidak terlalu monoton, seperti contoh beberapa puisi yang ada di dalam novel ini:
Ibu
Durhakalah aku
Jika dalam diriku,
Tak kau temui inginmu
Ibu
Durhakalah aku
Jika dalam diriku,
Tak kau temui legamu
Walaupun ini merupakan ungkapan hati si tokoh tetapi ini merupakan salah satu dari puisi yang dituliskan oleh si penulis.
D. Nilai Pendidikan
Nilai pendidikan yang penulis sampaikan didalam novel tersebut mengajarkan kita untuk menjadi seorang istri yang solehah dan penghafal al Qur’an, hal ini menunjukan bahwa nilai keagamaan yang sangat kental didalamnya, sehingga penulis mengajarkan bahwa perempuan yang baik adalah perempuan yang solehah bukan perempuan yang cantik. Namun si tokoh utama yang menjadi suaminya itu tidak merasakan kebaikan si istrinya dan hanya berharap untuk menikahi seorang perempuan mesir yang cantik keturunan Cleopatra.
Terdapat hal yang rancu didalam hal nilai pendidikan yang disampaikan oleh penulis Habiburrahman mengenai insan yang taat beragama dan memahami islam yang di latar belakangi lulusan Mesir. Jika tokoh utamanya adalah yang paham agama dan lulusan mesir maka ia dapat memahami hukum memuliakan istrinya setelah menikah, penulis malah menggambarkannya dengan kebalikannya. Lelaki soleh secara tidak langsung telah mendzolimi istrinya yang begitu hormat kepada suaminya. Mengacu pada realitas sosial, yaitu memiliki pemikiran, perasaan, dan kegiatan yang realitas. Novel ini tidak menunjukan kerealitasan, karena penuh dengan mimpi tokoh utama yang terlalu mendambakan kecantikan ratu Cleopatra. Misalnya dalam kutipan “dalam tidur aku bertemu dengan dengan Ratu Cleopatra pada suatu pagi yang cerah di pantai Cleopatra Alexandria. Ia mengundangku malam di istananya ‘aku punya keponakan cantik, namanya mona zaki, mau kah kau berkenalan dengannya?” padahal sebelumnya ia tidak pernah mengenal ratu Cleopatra dan Mona Zaki. Jika novel ini adalah novel untuk anak-anak ini cukup bagus karena akan lebih menarik untuk dibaca sebagai motivasi membagun jiwa anak, tetapi novel ini sasarannya adalah remaja akhir dewasa. Pada umumnya, impian serupa terjadi pada orang-orang yang non-akademisi dengan lingkungan sosial yang mendukung pola pikir, keinginan, dan perasaan non-realis.
BAB IV
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Tema yang diangkat di dalam novel yang berjudul “Pudarnya Pesona Cleopatra” karangan Habiburrahman El Shirazi adalah seseorang yang terlalu menganggap kecantikan adalah segalanya. Dan alur yang digunakan pada novel ini adalah alur campuran atau alur maju-mundur. Setting tempat yang digunakan adalah di kamar, kontrakan, kamar mandi, dan masih banyak lagi, dan untuk setting waktu ini menunjukan siang, sore, dan malam hari. Tokoh yang ada didalam novel ini adalah tokoh utama yang diperankan oleh Aku, Ibu, Raihana, Aida, Mona Zaki, Cleopatra, Qalyubi. Sudut pandang yang digunakan yaitu sudut pandang orang pertama. Gaya bahasa yang digunakan cukup mudah dipahami oleh si pembaca.
Referensi :
Kosasih, Engkos. 2006. Cerdas Berbahasa Indonesia,.Jakarta:Airlangga
Husna, Syaifatul. Jurnal Analisis Tokoh dalam novel “pudarnya pesona cleopatra” karya Habiburrahman El-Shirazy: kajian Psikologi sastra.
www.swarakalibata.com
http://id.wikipedia.org/wiki/Habiburrahman_El_Shirazy
http://habibah-cute040.blogspot.com/2009/03/biodata-habiburrahman-el-shirazy.html
http://qiumu.wordpress.com/2009/01/09/biografi-habbiburahman-el-shirazy/
http://habibah-cute040.blogspot.com/2009/03/biodata-habiburrahman-el-shirazy.html
http://qiumu.wordpress.com/2009/01/09/biografi-habbiburahman-el-shirazy/
[1] Kaka pintar, pengertian unsur instrinsik dalam novel (Januari 19, 2016)
[2] Engkos Kosasih, cerdas berbahasa Indonesia, Erlangga (Jakarta, 2006)
[3] Engkos Kosasih, cerdas berbahasa Indonesia, Erlangga (Jakarta, 2006)
[4] Sastra33, sinopsis “pudarnya pesona cleopatra” karya Habiburrahman El Shirazi (10, 2006)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar